hadist Rasulullah Saw bersabda :
“ Aku tinggalkan kepadamu dua pusaka yaitu KITAB ALLAH dan AHL BAIT NABI “ ( HR. Muslim,Tirmidzi dan Ahmad ).
Yang di maksud AHL BAIT NABI adalah Beliau sendiri dan keluarganya yang terdiri dari Syaidina Ali Bin Abi Thalib Ra,Fatimah,Hasan dan Husein.
Lalu Syaidina Ali Bin Abi Thalib Ra bersyair :
“ Zikir kepada Allah itu adalah makanan bagi jiwa, dan memuji Allah itu menjadi minuman jiwa, sedang malu kepada Allah menjadi pakaian bagi jiwa, Tidak ada lagi kelazatan yang lebih utama daripada berzikir hanya kepada Allah, dan tidak ada lagi nikmat yang lebih utama daripada berhubung dan bermesra dengan Allah.”
Syair ini hanya dapat dipahami oleh orang – orang yang ber TASSAWWUF atau orang-orang yang memahami IILMU MA’RIFATTULLAH , karena bermakna sebagai berikut :
- Kalimat “ Zikir kepada Allah itu adalah makanan bagi jiwa, dan memuji Allah itu menjadi minuman jiwa “ mengisyaratkan ILMU HAKEKAT, yaitu :
- ZIKIR kepada ALLAH itu adalah HAKEKAT DARI SHOLAT.
- HAKEKAT MANUSIA ADALAH RUH yang dari pemahaman ini dapat MENGENAL DIRI bahwa DIRI SEBENAR-BENARNYA DIRI ADALAH JIWA ( NAFS ).
Jadi ILMU HAKEKAT itu untuk JIWA yang IBADAH UTAMANYA adalah ZIKIR KEPADA ALLAH karena duduk ilmunya di NYAWA / JIWA yang wajib untuk dibersihkan sebagaimana yang diisyaratkan dalam ASY SYAMS 8-10,yaitu :
" ....Allah mengilhamkan kepada JIWA itu jalan KEFASIKAN dan KETAQWAANNYA,sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan JIWA itu,dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.."
JIWA inilah yang akan kembali kepada ALLAH SWT dan hanya dengan kebersihan JIWA bisa didapatkan ketenangan sebagaimana yang di isyaratkan dalam surat Al FAJR 27-30 ,Yaitu :
“ Hai JIWA yang tenang,kembalilah kepada Tuhanmu dengan HATI yang PUAS lagi di RIDHOI NYA,maka masuklah kedalam Jama'ah hamba-hamba KU.."
Jadi ILMU HAKEKAT itu untuk MENCAPAI SEBENAR-BENARNYA TAQWA melalui kebersihan JIWA yang oleh karenanya dapat mencapai KETENANGAN JIWA Dan hanya dengan KETENANGAN JIWA yang di REDHOINYA seseorang dapat BERSERAH DIRI sebagaimana yang di isyaratkan dalam firman Allah swt :
“ Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah sebenar-benarnya Taqwa kepadaNYA, dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan BERSERAH DIRI “. ( Alquran Surat Ali Imran 102 )
Lalu bagaimana dengan SHOLAT ?
SHOLAT itu duduk Ilmunya di ILMU SYAREAT dan untuk TUBUH karena dengan SHOLAT dapat mencegah perbuatan KEJI dan MUNGKAR sebagaimana yang diisyaratkan dalam firman Allah swt dalam surat Al Ankabut 45 :
" Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur'an) dan dirikanlah sholat. Sesungguhnya sholat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah ( Dzikrullah ) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan "
Jadi jangan hanya terpaku pada SHOLAT dalam ARTI SYAREAT saja tapi masuklah pada pemahaman SHOLAT untuk mengingat Allah ( ZIKIR KEPADA ALLAH yang duduk ilmunya di Ilmu Tarekat dan Ilmu HAKEKAT ) sebagaimana yang diisyaratkan dalam surat TAHA 14 :
“ Sesungguhnya AKU ini adalah ALLAH, Tidsak ada TUHAN ( Yang berhak disembah ) selain AKU, Maka sembahlah AKU dan DIRIKANLAH SHOLAT UNTUK MENGINGAT AKU “
2. Kalimat “ Malu kepada Allah menjadi pakaian bagi jiwa “ mengisyaratkan PEMAHAMAN DASAR ILMU MA’RIFATTULLAH, yaitu : Meyakini bahwa pada diri manusia ada Allah swt sebagai HAKEKAT NUR MUHAMMAD.
PEMAHAMAN DASAR ILMU MA’RIFATTULLAH yang di maksud adalah pemahaman tentang HAKEKAT MANUSIA atau pemahaman tentang MENGENAL DIRI SEBENAR-BENARNYA DIRI karena dari sini seseorang akan dapat mengenal Allah swt sebagaimana yang di sampaikan oleh Imam Al Ghazali :
“Barangsiapa yang mengenal dirinya, maka dia bisa mengenal Rabb (Tuhan)-Nya”
Syehk mursyid Muhammad saman Al madani :
Bahwa yang sebenar-benarnya diri itu adalah RUH sebenar-benarnya RUH adalah NAFS / JIWA Sebenar-benarnya NAFS / JIWA itu adalah NAIK TURUN NAFAS NAIK TURUN NAFAS itu adalah SIR / RAHASIA dan yang dikatakan SIR / RAHASIA itu adalah NUR MUHAMMAD.
Jadi Allah swt pada diri manusia adalah HAKEKAT NUR MUHAMMAD yang menjadi RUH pada manusia yang menyatu tak terpisahkan, meliputi dan ada didalam diri manusia sesuai dengan yang diisyaratkan oleh Allah swt dalam firmannya surat QAF 16 :
" Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya "
Yang selanjutnya di pertegas dengan Hadist Rasulullah Saw :
“ Barang siapa melihat kepada sesuatu dan tidak dilihatnya ALLAH didalam sesuatu itu maka penglihatannya itu BATHIL yaitu SIA-SIA “.
Yang selanjutnya di perkuat lagi oleh para sahabat :
1. Sayyidina Abu bakar RA :
Tidak aku lihat sesuatu melainkan kulihat Allah sebelumnya
2. Sayyidina Umar RA :
Tidak aku lihat sesuatu melainkan kulihat ALLAH sesudahnya.
3. Sayyidina A USTMAN RA :
Tidak aku lihat sesuatu melainkan ALLAH besertanya.
4. Sayyidina Ali Karramallahu Wajhahu :
Tidak aku lihat sesuatu melainkan aku lihat ALLAH didalamnya.
( BACA PEMBAHASAN LENGKAPNYA DI KITAB TEBERUBUT )
Jadi Hanya dengan meyakini bahwa ALLAH SWT beserta diri kita maka rasa MALU DAPAT TERTANAM DALAM HATI sehingga karenanya tidak lagi berbuat MAKSIAT, atau secara Logika….Jika kita meyakini bahwa Allah swt ada pada diri kita maka apakah kita mampu berbuat maksiat dihadapanNYA…?
NYAWA / JIWA juga ada pada setiap MANUSIA sehingga ada istilah :
“Syuhudul Wahdah Fil Katsroh, Syuhudul Katsroh Fil Wahdah” yang artinya : Memandang yang Satu (Nur Muhammad ) ada pada yang banyak, memandang yang banyak ada pada yang Satu.
Yang bermakna bahwa NYAWA / JIWA yang ada pada diri sendiri ada juga pada Manusia yang lain ( yang banyak ) dan NYAWA yang ada Pada diri semua manusia yang banyak itu ada juga pada diri kita sendiri dan berasal dari asal yang sama jadi tidak memandang lagi adanya perbedaan dalam bentuk apapun yang oleh karenanya :
1. MALU, untuk menghina umat agama lain karena sama saja menghina Allah swt yang ada pada diri mereka.
2. MALU, Untuk menghujat atau mencaci maki orang lain karena sama saja menghujat atau mencaci maki Allah swt yang ada pada diri mereka.
3. MALU, Untuk berbohong karena sama saja berbohong pada Allah swt yang ada pada diri setiap orang.
4. MALU, Untuk berbuat MAKSIAT karena sama saja MENANTANG atau tidak takut pada Allah swt yang ada pada diri.
Coba bayangkan….ada istri / suami di sisi anda……apakah anda tidak MALU untuk selingkuh ?
Coba bayangkan …dihati dan pikiran anda selalu teringat suami / Istri….apakah anda tidak MALU ketika mau selingkuh ?
Sehingga benarlah bahwa MALU selayaknya menjadi pakaian JIWA yaitu JIWA JIWA ORANG – ORANG YANG BERIMAN.
3. Kalimat “ Tidak ada lagi kelezatan ( Kenikmatan ) yang lebih utama daripada berzikir hanya kepada Allah “ mengisyaratkan PEMAHAMAN YANG MENDALAM DARI ILMU MA’RIFATTULLAH, yaitu : Merasakan keberadaan Allah swt pada diri karena seungguhnya bukan diri ini yang berzikir tapi Allah swt yang memuja dirinya sendiri melalui lisan Hambanya sebagaimana yang diisyaratkan dalam sebuah hadist qudtsi Rasulullah saw bersabda: “Allah Swt. telah berfirman :
“ Tiada seorang hamba yang ber-taqorrub [mendekatkan diri] kepada-KU seperti dia menunaikan segala ke-fardhu-an-Ku ke atas dirinya. Dan sesungguhnya dia akan mendekatkan diri kepada-Ku dengan memperbanyak nawafil (sunnah) sehingga AKU mencintainya. Maka apabila AKU sudah mencintainya jadilah AKU umpama kaki yang ia berjalan dengannya dan tangan yang ia memukul dengannya dan lidah yang ia berucap dengannya dan hati yang ia berfikir dengannya. Dan apabila ia memohon-Ku niscaya AKU akan memberinya dan apabila dia berdoa kepada-Ku niscaya Aku akan mengabulkannya ” ( HR. Ibnus Sunni )
( BACA SELENGKAPNYA DI KITAB TEBERUBUT )
Pada tahap inilah yang disebut DZATTULHAQ ( Menyatu Dengan Allah ) di mana kesadaran diri lenyap kedalam kesadaran TUHAN dan hal ini bukanlah TEORI ILMU tapi sebuah PERISTIWA PERJALANAN SPIRITUAL YANG NYATA BUKAN MIMPI YANG DIPERJALANKAN OLEH ALLAH SWT kepada hambanya yang dipilih dan terpilih sehingga sifat ilmunya oleh sebagian orang menjadi Rahasia dan di Rahasiakan dan hanya di berikan kepada mereka yang berhak saja.
Sehingga benar adanya istilah…: “ BELUM MENGENAL ALLAH SWT JIKA BELUM MERASAKAN “….Namun tentu saja RASA yang dimaksud tidaklah sama untuk setiap orang tergantung dari pemahaman Ilmunya dan REDHO ALLAH SWT.
4. Kalimat ‘ tidak ada lagi nikmat yang lebih utama daripada berhubung dan bermesra dengan Allah.” Mengisyaratkan PEMAHAMAN YANG MENDALAM DARI ILMU MA’RIFATTULLAH, yaitu : BERTEMU DENGAN ALLAH SWT.
Bertemu dengan Allah yang di maksud sebagaimana yang di sampaikan dalam sebuah Hadist Dari ‘Ady Ibni Hatim beliau berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda :
“ Seseorang diantara kamu akan bercakap-cakap dengan TUHANNYA tanpa ada penterjemah dan dinding yang mendindinginya “ ( HR.BUKHARI )
Bertemu dengan TUHAN dalam hal ini adalah bertemu dengan ALLAH didunia ini namun bukan diartikan bertemu dengan DZAT MAHA MUTLAK ALLAH Swt melainkan bertemu ALLAH Swt sebagai HAKEKAT dari NUR MUHAMMAD.
( BACA URAIAN LENGKAPNYA DI KITAB TEBERUBUT )
Mereka yang Anti TASAWWUF dan anti SUFI menyatakan bahwa AJARAN yang ada pada Majelis TASAWWUF adalah SESAT karena dinilai tidak berdasarkan Alquran dan As Sunnah dan mereka selalu berkata “ HENDAKLAH BERPEDOMAN PADA ALQURAN DAN AS SUNNAH atau DARI APA YANG DISAMPAIKAN OLEH PARA SAHABAT , maka dalam catatan ini saya berusaha menyampaikan hal sederhana tentang BERPEDOMAN PADA ALQURAN DAN AS SUNNAH dan DARI APA YANG DISAMPAIKAN OLEH PARA SAHABAT tersebut.
Jika Rasulullah saw bersabda “ Aku tinggalkan kepadamu dua pusaka yaitu KITAB ALLAH dan AHL BAIT NABI “ ( HR. Muslim,Tirmidzi dan Ahmad ), Maka seharusnya kita berpedoman pada AL QURAN dan juga pada SYAIDINA ALI BIN ABHI THALIB R.A.
Lalu SYAIDINA ALI BIN ABHI THALIB R.A bersyair yang berdasarkan uraian tersebut diatas maka syairnya bermakna sebagai berikut ;
- Adanya Pemahaman Ilmu Hakekat dan Ilmu Ma’rifattullah yang berarti ada pembenaran tentang adanya pembagian 4 tingakatan ilmu yaitu : ILMU SYAREAT, ILMU TAREKAT, ILMU HAKEKAT dan ILMU MA’RIFATTULLAH.
Pembagian 4 Tingkatan Ilmu ini BUKAN PEMBAGIAN STATUS SOSIAL MANUSIA sebagaimana yang dianut dalam agama HINDU atau BUDHA tapi sebagai kajian PEMAHAMAN YANG MENDALAM DARI ALQURAN DAN AS SUNNAH sebagaimana yang diisyaratkan dalam Surat Al baqarah 269,yaitu :
" ALLAH MENGANUGRAHKAN AL HIKMAH ( pemahaman yang dalam tentang alquran dan As sunnah ) kepada siapa saja yang Dia kehendaki dan barang siapa yang dianugerahi AL HIKMAH itu maka ia benar-benar telah di anugerahi karunia yang banyak dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran dari firman allah....................
Jadi sudah sangat jelas…., hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran dari firman Allah tersebut…..
2. Adanya Pemahaman dasar ILMU MA’RIFATTULLAH yaitu MEMAHAMI HAKEKAT MANUSIA dan MENGENAL DIRI SEBENAR-BENARNYA DIRI.
3. Adanya Pemahaman yang mendalam di dalam ILMU MA’RIFATTULLAH , yaitu BERTEMU DENGAN ALLAH
4. Adanya Pemahaman yang RAHASIA dan DIRAHASIAKAN di dalam ILMU MA’RIFATTULLAH, yaitu ; DZATTULLHAQ atau MENYATU DENGAN ALLAH.
Keseluruhan makna dari Syair tersebut hanya dapat di temukan dan dipelajari melalui METODE TASAWWUF atau melalui MAJELIS TASAWWUF yang selama ini dianggab sesat oleh sebagian umat islam.
Jadi kalo memang harus BERPEDOMAN PADA ALQURAN DAN AS SUNNAH atau DARI APA YANG DISAMPAIKAN OLEH PARA SAHABAT maka seharusnya juga harus menerima apa yang di sampaikan dalam METODE TASAWWUF yang juga menjadi ILMUNYA PARA SUFI atau dalam MAJELIS TASAWWUF yang menyampaikan tentang ILMU MA’RIFATTULLAH sebagaimana yang di isyaratkan oleh SYAIDINA ALI BIN ABI THALIB R.A dalam SYAIR tersebut diatas……jangan malah mengolok – ngolok seolah Para SUFI itu GOBLOK….,Itu sebabnya Allah swt berfirman dalam surat AL HUJURAT 11 :
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain ( karena ) boleh jadi mereka ( yang diolok-olokkan ) lebih baik dari mereka ( yang mengolok-olokkan ) dan jangan pula wanita-wanita ( mengolok-olokkan ) wanita-wanita lain ( karena ) boleh jadi wanita-wanita ( yang diperolok-olokkan lebih baik dari wanita ( yang mengolok-olokkan ) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil - memanggil dengan gelar yang buruk. seburuk-buruknya panggilan ialah panggilan yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak bertobat maka mereka itulah orang - orang yang zalim...."
Allah swt berfirman dalam surat QAF 16 , yaitu :
" Dan sungguh, Kami ( Allah ) telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami ( Allah ) lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya "
Mereka yang ber TASAWWUF ataupun PARA SUFI sering kali mendapat gelar GOBLOK, GAK BERAKAL bahkan SESAT dari mereka yang anti TASAWWUF dan ANTI SUFI karena menafsirkan Firman Allah swt tersebut diatas bahwa “ ALLAH ADA PADA DIRI MANUSIA “
Menurut PENAFSIRAN mereka yang anti TASAWWUF dan anti PARA SUFI yang dimaksud dalam kalimat “Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya “ adalah MALAIKAT “ dengan alasan MALAIKAT yang berada di kiri dan kanan Manusia untuk mencatat perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia dan ALLAH SWT TIDAK DAPAT DISERUPAKAN DENGAN APAPUN sebagaimana firman ALLAH SWT dalam surat AL IKHLAS, yaitu :
“ Katakanlah, DIA lah ALLAH yang maha esa, Allah adalah TUHAN yang bergantung padaNYA segala sesuatu, DIA tiada beranak dan tiada pula diperanakkan , dan tidak ada seorangpun yang setara ( Serupa ) dengan DIA “
Penafsiran mereka TIDAK SALAH namun juga BELUM TENTU BENAR karena Jika penafsiran mereka bahwa yang di maksud “ Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya “ adalah MALAIKAT maka seharusnya firman Allah swt tersebut berbunyi sebagai berikut :
" Dan sungguh, Kami ( MALAIKAT ) telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami ( MALAIKAT ) lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya "
Namun kenyataannya sampai saat ini tidak ada satupun Alquran dan terjemahannya yang diterbitkan dan beredar di Indonesia ( bahkan di seluruh dunia ) yang menulis ayat tersebut dengan kata “ kami ( MALAIKAT ) “ dan tetap menggunakan kalimat “ KAMI “ yang lebih mudah dipahami KAMI yang dimaksud adalah ALLAH tapi entah knapa justru malah menimbulkan banyak versi penafsiran. ( konon katanya karena sudah terlalu banyak orang pintar atau ahli tafsir….)
Dan pernyataan mereka bahwa ALLAH SWT TIDAK DAPAT DISERUPAKAN DENGAN APAPUN adalah BENAR yang dalam ILMU MA’RIFATTULLAH di pahami sebagai DZAT MAHA MUTLAK ALLAH.
Maka jadilah firman Allah swt ini sebagai BAHAN DEBAT KUSIR dan KONYOL antara mereka yang ber TASAWWUF atau PARA SUFI dengan mereka yang ANTI TASAWWUF atau ANTI PARA SUFI…yang seharusnya mencari KEBENARAN ILMUNYA.
Penafsiran yang dilakukan oleh mereka yang ber TASAWWUF atau PARA SUFI bahwa “ ALLAH ADA PADA DIRI MANUSIA “ berdasarkan Hadist Rasulullah Saw :
“ Barang siapa melihat kepada sesuatu dan tidak dilihatnya ALLAH didalam sesuatu itu maka penglihatannya itu BATHIL yaitu SIA-SIA “.
Yang selanjutnya di perkuat lagi oleh para sahabat :
1. Sayyidina Abu bakar RA :
Tidak aku lihat sesuatu melainkan kulihat Allah sebelumnya
2. Sayyidina Umar RA :
Tidak aku lihat sesuatu melainkan kulihat ALLAH sesudahnya.
3. Sayyidina A USTMAN RA :
Tidak aku lihat sesuatu melainkan ALLAH besertanya.
4. Sayyidina Ali Karramallahu Wajhahu :
Tidak aku lihat sesuatu melainkan aku lihat ALLAH didalamnya.
Bahkan Allah swt memberikan “ SEBUAH ILUSTRASI “ untuk mempertegas firmannya tersebut dalam hadist Qudsi Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : Rasulullah saw bersabda :
" Sesungguhnya Allah Yang Maha Mulia dan Maha Besar berfirman pada hari kiamat :
" Wahai anak Adam, Aku sakit namun kamu tidak menjenguk Ku".
Anak adam berkata : " Wahai Tuhan saya, bagaimana saya menjenguk MU sedang Engkau adalah Tuhan semesta alam ?
" Allah berfirman : " Tidakkah kamu mengetahui bahwa hambaKu Fulan sakit, namun kamu tidak menjenguknya ?, Tidakkah kamu mengetahui, seandainya kamu menjenguknya niscaya kamu mendapati Aku di sisi nya.
Wahai anak Adam Aku minta makan kepadamu namun kamu tidak memberi makan kepadaKu".
Anak adam berkata : " Wahai Tuhan saya, bagaimanakah saya memberi makan kepadaMU, sedangkan Engkau Tuhan semesta alam ?
" Allah berfirman : " Tidakkah kamu mengetahui bahwasanya hambaKu si Fulan minta makan kepadamu, tetapi kamu tidaklah memberi makan kepadanya ? Apakah kamu tidak mengetahui bahwasanya seandainya kamu memberi makan kepadanya, niscaya kamu mendapatkannya di sisi Ku ?
Wahai anak Adam, Aku minta minum kepadamu, tapi kamu tidak memberi minum kepada Ku ".
Anak Adam berkata : " Bagaimanakah saya memberi minum kepada Mu sedang kamu adalah Tuhan alam semesta ?
" Allah berfirman : " Hamba Ku si Fulan minta minum kepadamu, tetapi kamu tidak memberinya minum, niscaya kamu mendapatinya di sisi Ku". (Hadits ditakhrij oleh Muslim).
Allah swt pada diri manusia adalah sebagai HAKEKAT NUR MUHAMMAD yang menjadi RUH pada manusia yang menyatu tak terpisahkan, meliputi dan ada didalam diri manusia dan bukan sebagai DZAT MAHA MUTLAK ALLAH yang memang tak dapat diserupakan dengan apapun sebagaimana yang di ungkapkan dalam surat Al Ihklas tersebut diatas.
Untuk bisa memahaminya maka harus tahu ilmunya terlebih dahulu yaitu PEMAHAMAN TENTANG NUR MUHAMMAD yang menjadi PEMAHAMAN DASAR DALAM ILMU MA’RIFATTULLAH yang menjadi WAJIB FARDHU AIN bagi setiap umat islam untuk memahaminya.
PEMAHAMAN tentang NUR MUHAMMAD ini sangat mudah dipahami oleh siapa saja, bahkan karena sangat mudahnya untuk dipahami PEMBAHASANNYA dalam KITAB TEBERUBUT HANYA MEMERLUKAN 4 HALAMAN SAJA ATAU 15 MENIT SAJA JIKA DIJELASKAN SECARA LANGSUNG………………( BACA SELENGKAPNYA DI KITAB TEBERUBUT )
Pemahaman tentang NUR MUHAMMAD ini termasuk salah satu ILMU yang oleh Rasulullah saw diibaratkan sebagai Mutiara yang tenggelam, Rasulullah Saw :
” Sesungguhnya ada sebagian ilmu yang diibaratkan permata yang terpendam,tidak dapat mengetahuinya kecuali Ulama Billah, Apabila mereka mengungkapkan ilmu tersebut maka tidak seorangpun yang membantahnya kecuali orang – orang yang tidak paham tentang Allah “
( Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi RA )
Berdasarkan Hadist tersebut, Penafsiran bahwa “ ALLAH ada di dalam diri Manusia “ disampaikan oleh ULAMA BILLAH namun untuk menghindari FITNAH maka disampaikan secara tersembunyi yang selanjutnya disampaikan melalui MAJELIS TASAWWUF dan penafsirannya bukan hanya berdasarkan pemahaman “ BAHASA “ tapi dari MAKNA YANG MENDALAM sebagaimana yang diisyaratkan dalam Alquran surat Albaqarah 269,Allah swt berfirman ;
" ALLAH MENGANUGRAHKAN AL HIKMAH ( pemahaman yang dalam tentang alquran dan As sunnah ) kepada siapa saja yang Dia kehendaki dan barang siapa yang dianugerahi AL HIKMAH itu maka ia benar-benar telah di anugerahi karunia yang banyak dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran dari firman allah “
Dan juga berdasarkan dari penyaksian melalui PERJALANAN SPIRITUAL yang di perjalankan oleh allah swt tentang PROSES PENCIPTAAN DIRINYA sebagaimana yang diisyaratkan oleh Allah swt dalam Alquran surat Al Kahfi 51 :
"..Aku tidak menghadirkan mereka ( Iblis dan anak cucunya ) untuk menyaksikan penciptaan langit dan bumi dan tidak pula penciptaan diri mereka sendiri,dan tidaklah aku mengambil orang-orang yang menyesatkan itu sebgai penolong.."
Itu sebabnya apa yang di sampaikan oleh ULAMA BILLAH tidak TERBANTAHKAN kecuali oleh ORANG-ORANG YANG TIDAK MENGENAL ALLAH SWT…………..
Lalu gimana cara “ MENGENAL ALLAH SWT ? “
Ya belajar ilmunya dong…melalui pemahaman ILMU MA’RIFATTULLAH yang hanya di dapatkan dari MAJELIS TASAWWUF atau dari PARA SUFI atau dari para ULAMA BILLAH ………..dari KITAB TEBERUBUT juga bisa walaupun hanya untuk PEMAHAMAN DASAR ILMU MA’RIFATTULLAH…………( hm….bukan Promosi loch….)
Kalo gak mau belajar PEMAHAMAN ILMU MA’RIFATTULLAH karena sudah terlanjur ANTI TASAWWUF dan ANTI SUFI atau dari pada SIBUK MENCARI-CARI KE PALSUAN HADIST-HADIST YANG DISAMPAIKAN DALAM CATATAN INI, maka sebaiknya ngikutin aja apa yang disampaikan oleh Rasulullah Saw :
“ Jadikanlah dirimu beserta dengan Allah,jika kamu belum bisa menjadikan dirimu beserta dengan Allah maka jadikanlah dirimu beserta dengan orang yang telah beserta dengan Allah,maka sesungguhnya orang itulah yang menghubungkan engkau ( Rohanimu ) kepada Allah “ ( HR. Abu Daud )
No comments:
Post a Comment